24 November 2006

Dekonstruksi Triumphalism versi Yesus Kristus fokus khotbah PomKris Univ. Jember - 24 Nov.'06

Zaman ini adalah zaman di mana produktifitas menjadi sebuah tolak ukur yang mutlak bagi apa yang dinamakan "sebuah keberhasilan." Inilah zaman, di mana produktifitas dan hasil-hasil besar dimimpikan dan dikejar-kejar. Keberhasilan seseorang hanya diukur dari seberapa banyak ia menghasilkan "sesuatu." Efisiensi dan efektivitas kerja menjadi sebuah moto yang terus dikumandangkan di zaman ini. Betapa sering pekerjaan hanya diukur dari hasilnya. Seringkali hasil itu bahkan dipersempit lagi dalam bentuk angka-angka.

Zaman ini juga disebut sebagai zaman yang mengejar kebesaran. Semua orang sedang berlari-lari untuk mengejar untuk menjadi yang terbesar. Semua ingin mengejar kejayaan. Semua ingin mengerjakan pekerjaan yang besar. Semua ingin diakui sebagai yang terhebat dan terbesar.


Namun Yesus hadir ke dunia ini untuk men-dekonstruksi dan meruntuhkan bangunan pemikiran manusia yang selalu berpusat pada "kerajaan diri" dan bukan Kerajaan Allah. Perhatikan apa yang ia ajarkan di dalam perumpamaan tentang talenta: "Baik sekali perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia; engkau telah setia dalam perkara kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung jawab dalam perkara yang besar." Masalahnya di sini bukan talenta yang berkembang, kog. Masalahnya adalah etos kerja yang diharapkan ada di tengah umat Tuhan adalah: setia dalam perkara kecil...


Lalu, bagaimana dengan gereja Tuhan saat ini di dalam mengerjakan pelayanan dari Dia? Mengejar yang besar-besar dan berpikir triumphalist, ataukah mau mengerjakan dengan setia apa yang bagi dunia nampak kecil, namun yang berharga di mata Allah?

1 comment:

Nindyo Sasongko said...

Yea! Inilah masalah yang kita hadapi sekarang ini. Termasuk buat orang-orang yang melayani di gereja, prestasi diukur dari apa yang disukai oleh pasar. Hehe, memang... kita sekarang lagi hidup di "market place" sih.