14 February 2007


Kesedihan karena Perlawanan


Ya Tuhan, tunjukkan apakah jalanku telah serong dari Kehendak-Mu.
Apakah aku telah berlaku tidak adil,
dan kehendak jahat telah menjadi kemudi hidupku?

Orang-orang yang kepadanya aku berusaha mengajarkan kasih-Mu
sekarang malah melawan aku
Orang-orang yang telah kucoba peluk dengan didikan-Mu
sekarang malah menginjak kepalaku
Orang-orang yang telah kucoba timang dalam hangat-Mu
sekarang ingin memukul aku dari belakang

Mungkinkah aku salah dalam menyatakan kasih-Mu?
Mungkinkah aku salah dalam mengurai kehendak-Mu?
Atau selama ini aku telah menjadi raja atas diriku dan mereka?

Ya Tuhan yang mengenal dalamnya palung hatiku
pimpinlah aku dalam pengampunan-Mu
dan luruskan jalanku yang telah serong dari hadapan-Mu.
(the darkness of Tuesday)

10 February 2007


For Joy in God's Creation

O heavenly Father, who hath filled the world with beauty: Open our eyes to behold thy gracious hand in all thy works; that, rejoicing in thy whole creation, we may learn to serve thee with gladness; for the sake of him through whom all things were made, thy Son Jesus Christ our Lord. Amen.

from the daily office_today's prayer service

08 February 2007


Dare to Take The Risk

Tertawa adalah mengambil resiko kelihatan bodoh.
Menangis adalah mengambil resiko kelihatan sentimental.
Mengulurkan tangan kepada orang lain adalah mengambil resiko ikut terlibat.
Memperlihatkan perasaan adalah mengambil resiko ditolak.
Memaparkan impian Anda di hadapan orang banyak adalah mengambil resiko diejek.
Mencintai adalah mengambil resiko mendapat balasan dicintai.
Maju menghadapi kekuatan yang jauh lebih besar adalah mengambil resiko gagal.
Tetapi resiko harus diambil karena bahaya yang terbesar dalam kehidupan adalah tidak berani mengambil resiko.
Orang yang tidak berani mengambil resiko tidak melakukan apapun, tidak punya apa-apa, ban bukan apa-apa.
Mungkin dia menghindari penderitaan dan kesedihan, tetapi dia tidak bisa belajar, merasakan, berubah, tumbuh atau mencintai.
Karena dirantai oleh kepastiannya, maka dia adalah budak.
Hanya orang yang berani mengambil resiko sajalah yang merdeka!


from: Unknown

07 February 2007


Pharisee’s Syndrome: Hypocrisy
Refleksi Lukas 11:37-54



Menjadi seorang pemimpin rohani, atau “pelayan Tuhan,” atau katakanlah “hamba Tuhan,” mau tidak mau membawa kita kepada status atau “derajat penampakan” rohani yang baik. Di balik status dan “otoritas” rohani yang diemban oleh seorang pemimpin umat terkandung bahaya yang dapat disebut sebagai Pharishee’s Syndrome, yaitu kemunafikan rohani. Tuhan Yesus di dalam Lukas 11:37-54 (bdk. Mat. 21:1-36) menegur dengan keras kemunafikan para pemimpin rohani pada waktu itu (Farisi dan Ahli Taurat). Jika Anda adalah para pemimpin rohani dan pemimpin umat pada masa kini, ada baiknya Anda menempatkan diri sebagai Farisi atau Ahli Taurat. Saya yakin teguran Tuhan Yesus akan memberkati hidup kita.



Inilah bahaya kemunafikan para pemimpin umat…


1. Terlalu peduli kebersihan lahiriah (hal-hal fisik), namun tidak mengindahkan kemurnian dan kesucian hati (batiniah). Hal ini dapat berarti memfokuskan diri pada pelayanan seremonial, namun hati dibiarkan mandeg di dalam keserakahan (ay. 39-41).


2. Sangat paham bagaimana menghitung dan memberikan perpuluhan, namun bertindak tidak adil dan tidak mau menyatakan kemurahan bagi orang yang membutuhkan (ay. 42). Jangan-jangan di gereja saat ini dipenuhi dengan orang-orang yang begitu “setia” memberi perpuluhan, namun seolah “buta” terhadap sesama yang tidak memiliki baju, “tuli” terhadap perut sesama yang “keroncongan,” serta “lumpuh” di dalam menggerakkan tangan dan kaki bagi sesama yang menderita?


3. Suka dilihat terpandang di hadapan orang lain, namun di dalam hatinya penuh dengan segala kebencian dan keserakahan (ay. 43-44). Jangan-jangan gereja kita telah dipenuhi dengan celebrities rohani; terpandang namun tidak berdampak bagi orang lain…


4. Suka memberikan beban moral bagi orang lain, namun di dalam dirinya tidak pernah ada ketulusan untuk menanggung beban moral itu barang sedikit pun (ay. 46). Jangan-jangan tipe kepemimpinan “bos” semacam ini sedang menjangkiti para pemimpin gereja saat ini?


5. Berusaha tampak menghormati para Hamba Tuhan di sepanjang zaman, namun bahkan di dalam hati menyetujui penganiayaan kepada para pelayan Tuhan (ay. 47-51). Ah, jangan-jangan ketika gereja tetangga ditutup dan pemimpinnya ditahan, kita malah bersorak di dalam hati, “puji Tuhan…?”


6. Menyembunyikan kunci Kerajaan Allah: yaitu mengajarkan ajaran serong, dan menghalangi orang yang belajar kebenaran (ay. 52). Jangan-jangan, dengan alasan dogma gereja para pemimpin gereja saat ini lebih senang jika umat belajar dari kata-katanya, daripada mereka belajar dari Alkitab…


Ah, janganlah kiranya hal ini terjadi dalam diri hamba-Mu ini…

"O Tuhan, biarlah kemurnian dan kesucian-Mu terlebih dahulu terbit di dalam hati dan benakku, agar yang lahir dari tangan dan perbuatanku sungguh-sungguh kebaikan yang tulus dan murni sebagaimana kehendak-Mu."



deswa_7Feb07