25 October 2010

Merindukan Hikmat Tuhan


"Berilah sekarang kepadaku hikmat dan pengertian,…" (ayat 10). Hikmat dan pengertian lah yang diminta Salomo, bukan harta bukan kemakmuran, ataupun kejayaan. Namun hikmatlah yang paling diperlukannya dalam memimpin Israel.

Hikmat dan pengertian bersumber dari sikap hidup yang takut akan Tuhan (Amsal 9:10 - Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.)

Namun kehidupan penuh hikmat adalah kehidupan yang penuh determinasi. Seorang yang hidup di dalam hikmat dan pengertian setiap hari adalah seorang yang mampu berdampak positif bagi orang lain. Keputusan-keputusan seorang yang penuh hikmat adalah keputusan yang digerakkan oleh pengertian akan pimpinan Tuhan. Tidak ada kata "salah langkah" dalam kamus kehidupan orang yang berhikmat dan berpengertian.

Dan Sang Kristus juga mengajarkan: "Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa" (Yoh. 15:5).

Rumus yang sangat sederhana: hidup takut dan berada di dalam Dia = hidup penuh hikmat dan pengertian.

23 October 2010


Penebusan Pikiran

"Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran-pikiranku;" Mzm. 139:23.

"Jadi akhirnya, saudara-saudara, semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu."Filipi 4:8


Dampak penebusan Kristus atas hidup orang percaya bersifat utuh dan menyeluruh. Seorang yang telah mengalami anugerah di dalam Kristus adalah seorang yang mengalami penebusan di dalam setiap aspek hidupnya. Pikiran yang telah ditebus (redeemed mind) adalah ciri orang yang telah menjadikan Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya.

Filipi 4:8 sering disebut orang sebagai Pemikiran Positif ala Kristen. Setelah lahir baru kita masuk ke dalam proses pengudusan yang berjalan seumur hidup. Pengudusan yang dikerjakan Tuhan mencakup seluruh aspek dalam hidup kita, salah satu yang sangat penting yaitu aspek pikiran.

Dalam dosa manusia suka memikirkan apa yang jahat dan tidak benar di mata Tuhan. Paulus mengajak jemaat di Filipi belajar mengontrol atau melatih pikiran untuk hal-hal yang baik. Banyak hal yang kita lakukan dipicu dan dikendalikan oleh apa yang kita pikirkan. Misalnya jika kita berpikir jahat tentang seseorang maka kita akan menyatakannya pula dalam relasi dan sikap kita terhadap dia. Ketika kita berpikir kotor kita didorong untuk melakukan hal yang kotor pula. Sebaliknya, apabila kita memikirkan apa yang benar, yang mulia, yang adil, suci dan seterusnya (ayat 8), kita juga akan melakukan hal-hal benar, mulia, adil, suci. Paulus sendiri mempraktikkan prinsip ini, sehingga ia dapat hidup tanpa didikte oleh keadaan (ayat 10-13).

Pikiran tidak memiliki kekuatan otonom untuk menentukan apa yang hendak dipikirkannya. Pikiran membutuhkan anugerah Tuhan agar dapat berfungsi dengan benar. Pengudusan pikiran adalah hal yang sangat penting. Dengan anugerah Tuhan kita melatih pikiran kita dengan jalan merenungkan firman Tuhan (ayat 8). Hal-hal dalam Fil. 4:8 ini meliputi berbagai macam modus kehidupan. "Yang benar" mencakup aspek rasionalitas; "yang mulia" aspek ibadah; "yang adil" aspek hukum; "kesucian atau kemurnian" mencakup aspek kesalehan; "yang manis" aspek estetika; "sedap didengar" aspek informasi yang kita konsumsi; "kebajikan" berkaitan dengan moral dan etika; "patut dipuji" mencakup konsep nilai. Kekristenan mengajarkan keutuhan dan bukan keterkepingan. Jika hati kita telah dikuduskan oleh Kristus maka seluruh aspek hidup kita pun harus dikuduskan.

Bagaimana kebiasaan berpikirku? Sudahkah kuasa penebusan Kristus memperbaharui setiap hari melalui Firman-Nya? Pikirkan firman-Nya, renungkan kebenaran-Nya...

22 October 2010

Gereja, Natal, dan Pemborosan:
Bah...!





Tahun ini, sekali lagi

aku mengatakan, "bah..!"
pada gereja
pada kumpulan orang
yang mengaku dikasihi Tuhan
namun tidak berbalas dengan kasih

Tahun ini, sekali lagi
aku berteriak, "hah...!"
pada rutinitas natal
yang katanya ingin mengingat lahirnya Tuhan
namun tak kunjung masuk dalam kesederhanaan
dan sekali lagi berlimpah uang
tertumpah
berhambur
terbang
sia-sia
tanpa makna

Tahun ini, sekali lagi
aku ingin mengeluh, "huh!"
pada si kristen yang kaya
yang tak tahu
uang untuk apa
dikiranya Tuhan bisa senang
dengan kemewahan
yang mampu ia beli dan tawarkan
katanya sejuta
katanya berpuluh juta
katanya seratus juta
katanya semilyar...!
rencana dana natal tahun ini.

padahal Tuhan sudah muak
dengan ceremony dan perembahan
sedangkan keadilan, belaskasih,
dan kerendahan hati
enggan tertanam
di taman hati

Bah! Hah! Huh!
Natal tahun ini akan seperti kemarin.
Kristen tertawa dalam pesta
sedang si miskin
yang katanya orang hina
sahabat Kristus
akan tetap lapar
telanjang
dalam penjara
sakit
dan menderita.

Bah! Hah! Huh!

My Morning Waker


Akhir-akhir ini ritme bangun tidurku mengalami "keajaiban"... Hampir setiap malam aku men-set alarm pada HP ku agar aku bisa bangun sedini mungkin, dan melakukan hal-hal yang berguna. Namun, entah mengapa tangan ini sering refleks mematikan alarm tanpa sadar aku harus bangun.

Nah, justru karena aku selalu gagal bangun pagi dengan bantuan alarm HP-ku, beberapa pagi ini Tuhan berikan aku "tangan mungil" yang selalu menarik-narik tanganku, "Yah, banun, Yah... Yah, banun" begitu suara kecil namun keras itu berusaha membangunkanku. Seolah yakin dengan kekuatannya yang masih kecil itu, "tangan mungil" yang ternyata tangan Jonathan, anakku yang kecil itu berusaha menarik badanku yang mungkin 6-7 kali lipat berat badannya. Maka, capek atau tidak capek, ngantuk atau tidak ngantuk, aku harus bangun... Itulah Jonathan, "my real waker." Terima kasih, Tuhan. Engkau menghadirkan banyak keajaiban dalam hidupku.

21 October 2010

Kesombongan:

Mengandalkan Diri dan Mengesampingkan Tuhan

2 Samuel 24:1-17



Apa yang salah dengan sensus dan melakukan kalkulasi kekuatan militer? Bukankah seorang pemimpin yang baik harus mampu menghitung kekuatan diri dan kekuatan lawan agar tidak mati konyol?

Daud melakukannya, di saat semua kemenangan gilang gemilang telah diraihnya. Dan itulah yang dipandang jahat di mata Tuhan, meski "hasutan" itu datang dari Allah sendiri (melalui Iblis - 1 Taw. 21:1). Seharusnya Daud sudah sangat mengenal Allah dengan begitu dekat, sehingga prinsip utama dari kepemimpinannya tidak boleh ia lupakan: bergantung penuh kepada kekuatan Allah dan bukan pada kekuatan militer! Kepemimpinan Daud atas Israel adalah kepemimpinan perwakilan Allah. Daud adalah "raja wakil" yang memimpin Israel dengan kekuatan Raja Israel yang sejati, yaitu Allah Yahweh.

Dan keputusan sensus militer inipun mendatangkan murka dan hukuman Allah atas Israel.

Apa yang bisa dipelajari dari kisah ini?

  1. Apa yang seringkali kita anggap sebagai "suara Tuhan" harus diuji oleh prinsip-prinsip Firman Tuhan yang mendasar, sehingga kita tidak tersesat dengan apa yang nampak sebagai "suara Tuhan" namun bukan menjadi Kehendak Tuhan.
  2. Menghitung kekuatan militer menunjukkan arogansi dan kesombongan Daud yang mengira kemenangan-demi-kemenangan yang diraih adalah karena kekuatan militer. Dia lupa bahwa Allah-lah yang berperang bagi Israel. Jadi, jangan pernah andalkan diri sendiri. Jika Allah benar-benar Kekuatan dan Gunung Batu kita (bukan slogan rohani semata), jika Dia adalah Pahlawan kita, siapa yang kita andalkan di dalam perjuangan-perjuangan hidup kita? Kuasa kemenangan-Nya di dalam Kristus ataukah kekuatan kita yang arogan (namun rapuh)?
  3. Pertobatan Daud adalah teladan yang sangat baik: pertobatan terjadi sebelum teguran nabi Tuhan (ay. 11), dan ia rela dan taat dengan risiko hukuman Allah. Dan ini kemudian menjadi suatu refleksi doa dalam kehidupan Daud: "Terhadap Engkau, terhadap Engkau sajalah aku telah berdosa dan melakukan apa yang Kauanggap jahat, supaya ternyata Engkau adil dalam putusan-Mu, bersih dalam penghukuman-Mu.

6:08 AM

20 October 2010

Antara Tuhan, Kekayaan dan Kemiskinan


Mengikuti sebuah acara di Jakarta medio Oktober yang lalu, membuatku termenung sejenak. Bersama rekan-rekan sejawat, aku mengikuti sebuah momen yang mencoba memikirkan kembali langkah-langkah transformatif bagi masalah bangsa; salah satunya adalah masalah kemiskinan. Dengan menggerakkan sebanyak mungkin komponen kekristenan dalam jejaring, acara "gede" mencoba menggagas langkah-langkah praktis dan implementatif untuk merubah wajah miskin negeri ini.
Namun, sebuah ironi segera tergambar ketika memasuki gedung megah nan mewah yang digunakan untuk acara mahal ini. Ruang super sejuk, ditambah peralatan gedung yang super canggih, segera membuat aku "terbius" dengan kenyamanan. Dan waktu yang merangkak, tanpa sadar tidak membuatku gerah dan resah. Pagi berganti siang, siang berganti malam, semua tetap sama di dalam gedung yang serba super ini: kenyamanan!
Bagiku, agak sulit memang memikirkan dan meresapi perjuangan bagi kemiskinan yang radikal, dengan suasana yang meninabobokan tersebut. Gereja yang berbalut jubah mewah nan kemilau, nampaknya agak sulit untuk masuk ke dalam gang-gang yang becek dan penuh comberan... Bukankah teladan Kristus sudah begitu jelas: inkarnasi - menjadi satu daging dengan orang yang kita layani?
Secara teologis aku berpikir, antara Tuhan - Kekayaan - dan Kemiskinan... Jelas kemiskinan adalah buah dosa, buah ketidakadilan, buah dari perilaku korup. Kemiskinan adalah musuh Allah... Namun jelas kekayaan dan kemewahan yang menyolok di tengah gubuk-gubuk kemiskinan negeri ini bukanlah design Allah untuk "umat tebusan-Nya." Kembali tergambar uraian Sang Guru: "Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum..."
Yah, semoga kami semua selalu ingat bahwa yang penting bukanlah apa yang kami pikirkan dan diskusikan, tetapi apa yang kami perjuangkan dalam tindak nyata untuk "menghapus potret kemiskinan" negeri ini - paling tidak, potret itu tidak akan terlalu memilukan...
PUISI DOA DI JAKARTA – WS RENDRA

Tuhan yang Maha Esa,
alangkah tegangnya
melihat hidup yang tergadai,
fikiran yang dipabrikkan,
dan masyarakat yang diternakkan.

Malam rebah dalam udara yang kotor.
Di manakah harapan akan dikaitkan
bila tipu daya telah menjadi seni kehidupan?
Dendam diasah di kolong yang basah
siap untuk terseret dalam gelombang edan.
Perkelahian dalam hidup sehari-hari
telah menjadi kewajaran.
Pepatah dan petitih
tak akan menyelesaikan masalah
bagi hidup yang bosan,
terpenjara, tanpa jendela.

Tuhan yang Maha Faham,
alangkah tak masuk akal
jarak selangkah
yang bererti empat puluh tahun gaji seorang buruh,
yang memisahkan
sebuah halaman bertaman tanaman hias
dengan rumah-rumah tanpa sumur dan W.C.
Hati manusia telah menjadi acuh,
panser yang angkuh,
traktor yang dendam.

Tuhan yang Maha Rahman,
ketika air mata menjadi gombal,
dan kata-kata menjadi lumpur becek,
aku menoleh ke utara dan ke selatan -
di manakah Kamu?
Di manakah tabungan keramik untuk wang logam?
Di manakah catatan belanja harian?
Di manakah peradaban?
Ya, Tuhan yang Maha Hakim,
harapan kosong, optimisme hampa.
Hanya akal sihat dan daya hidup
menjadi peganganku yang nyata.

...

16 October 2010

Menebus Generasi Pop


Benar-benar sudah cair generasi ini... Enggan berkomitmen, yang penting having fun, dan asyik dengan dirinya sendiri... Ke sana ok, ke sini ok, yang penting rame-rame... Dan ketika diajak untuk diam sejenak, menanti Tuhan, mereka berkata, "Mana sempat...? Hhmm, mana sempat?"
Maka ketika aku berdiri di sini, memandang generasi ini, aku menghela nafas, "Yah, generasi telah berubah... Mungkin aku terlambat mengejar perubahan ini. Tuhan, limpahkan hikmatmu untuk aku dapat menjangkau mereka, dan menolong mereka ke dalam rengkuhan-Mu.
Bagi "generasi pop", otoritas bukanlah masalah usia. Otoritas bukan masalah jabatan. Otoritas yang akan benar-benar diterima oleh generasi ini adalah otoritas ilahi. Otoritas yang datangnya dari Allah Roh Kudus, yang menyentuh hati, serta menggerakkannya untuk bertobat. Karena itu, kahadiran Roh Kudus menjadi mutlak diperlukan bagi para pelayan yang hendak menjangkau generasi ini.