20 October 2010

Antara Tuhan, Kekayaan dan Kemiskinan


Mengikuti sebuah acara di Jakarta medio Oktober yang lalu, membuatku termenung sejenak. Bersama rekan-rekan sejawat, aku mengikuti sebuah momen yang mencoba memikirkan kembali langkah-langkah transformatif bagi masalah bangsa; salah satunya adalah masalah kemiskinan. Dengan menggerakkan sebanyak mungkin komponen kekristenan dalam jejaring, acara "gede" mencoba menggagas langkah-langkah praktis dan implementatif untuk merubah wajah miskin negeri ini.
Namun, sebuah ironi segera tergambar ketika memasuki gedung megah nan mewah yang digunakan untuk acara mahal ini. Ruang super sejuk, ditambah peralatan gedung yang super canggih, segera membuat aku "terbius" dengan kenyamanan. Dan waktu yang merangkak, tanpa sadar tidak membuatku gerah dan resah. Pagi berganti siang, siang berganti malam, semua tetap sama di dalam gedung yang serba super ini: kenyamanan!
Bagiku, agak sulit memang memikirkan dan meresapi perjuangan bagi kemiskinan yang radikal, dengan suasana yang meninabobokan tersebut. Gereja yang berbalut jubah mewah nan kemilau, nampaknya agak sulit untuk masuk ke dalam gang-gang yang becek dan penuh comberan... Bukankah teladan Kristus sudah begitu jelas: inkarnasi - menjadi satu daging dengan orang yang kita layani?
Secara teologis aku berpikir, antara Tuhan - Kekayaan - dan Kemiskinan... Jelas kemiskinan adalah buah dosa, buah ketidakadilan, buah dari perilaku korup. Kemiskinan adalah musuh Allah... Namun jelas kekayaan dan kemewahan yang menyolok di tengah gubuk-gubuk kemiskinan negeri ini bukanlah design Allah untuk "umat tebusan-Nya." Kembali tergambar uraian Sang Guru: "Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu tidak memberi Aku minum..."
Yah, semoga kami semua selalu ingat bahwa yang penting bukanlah apa yang kami pikirkan dan diskusikan, tetapi apa yang kami perjuangkan dalam tindak nyata untuk "menghapus potret kemiskinan" negeri ini - paling tidak, potret itu tidak akan terlalu memilukan...

No comments: