20 July 2012

Aku menyaksikan dari jendela kamar, tangan kanan Jo kecilku memukul teman bermainnya yang badannya jauh lebih kecil. Aku geram dan kecewa melihat penindasan yang dilakukan anakku itu. Dengan marah aku menghampiri Jo kecilku, dan kuminta dia menyodorkan tangannya. Maka dengan pilu bercampur dengan marah (sejujurnya dengan sangat berat hati), aku memukul kedua tangan Jo kecilku. Memang aku tetap bisa mengontrol keras pukulan tanganku ke tangan mungilnya, namun toh dia tetap meringis kesakitan. Sambil kemudian memeluknya, aku berkata: "Sakit nggak tangan Jo? Nah, kepala temanmu pasti juga sakit. Makanya jangan suka memukul teman. Ayah sayang sama Jo. Tapi ayah gak suka kalau Jo jahat dan suka pukul temannya. Tangan Jo bukan buat mukul teman, tapi menyayangi mereka. Jo mau janji nggak untuk gak suka main pukul lagi?" Dengan masih terisak Jo menjawab, "He eh..."

Ah, kalau seorang ayah yang penuh dosa ini begitu sedih dan pilu menyaksikan anaknya menindas dan semena-mena terhadap temannya, apalagi BAPA kita di sorga. Tentu DIA akan sangat pilu dan berduka, jika kita yang begitu dikasihi-Nya dengan limpah kasih dan rahmat, masih hidup di dalam dosa dan kesemena-menaan... Kiranya kita diberikan hikmat untuk hidup taat kepada BAPA kita di sorga...