02 March 2012

Makin Dihambat - Makin Merambat

 "Bangsa Israel itu sangat banyak dan lebih besar jumlahnya dari pada kita. Marilah kita bertindak dengan bijaksana terhadap mereka, supaya mereka jangan bertambah banyak lagi dan  —  jika terjadi peperangan  —  jangan bersekutu nanti dengan musuh kita dan memerangi kita, lalu pergi dari negeri ini." Sebab itu pengawas-pengawas rodi ditempatkan atas mereka untuk menindas mereka dengan kerja paksa: mereka harus mendirikan bagi Firaun kota-kota perbekalan, yakni Pitom dan Raamses. Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang. (Keluaran 1:9-12)


Kapanpun, di sepanjang sejarah hidup manusia, umat Tuhan (Perjanjian Lama) dan gereja-Nya (Perjanjian Baru hingga saat ini) selalu akan hidup di dalam apa yang disebut "Dinamika Penganiayaan dan Berkat Misterius."  Sejarah memberikan kesaksian kepada kita; ketika umat Tuhan di dalam tekanan, maka mereka makin berkembang secara jumlah, dan militan dalam iman.  Namun ketika umat Tuhan dalam suasana yang nyaman, mereka akan berada dalam bahaya "stagnasi pertumbuhan." Justru dalam tatanan hidup yang serba nyaman, kekristenan semakin melempem, bak kerupuk yang kehilangan kerenyahan karena dinginnya udara.

Pagi ini saya menemukan realita yang sama dalam sejarah keselamatan Israel. Mengawali catatan Keluaran, Musa sebagai penulis Kitab Keluaran menggambarkan episode suram kehidupan umat pilihan Allah. Generasi Firaun yang lupa jasa-jasa Yusuf telah bangkit, dan eksistensi Israel yang berkembang dengan luar biasa akhirnya dilihat sebagai ancaman bagi kekuasaannya. "Marilah kita bertindak bijaksana terhadap mereka..." demikian titah penguasa dunia.  Jangan heran, sejak dulu hingga sekarang, apa yang disebut "bijaksana" bagi penguasa, belum tentu bijaksana di hadapan Tuhan.  Maka apa yang disebut tindakan bijaksana Firaun ini justru sebenarnya adalah perilaku brutal yang menjurus kepada genosida; penindasan kepada kaum Ibrani.

Namun, justru di dalam tekanan dan penindasan yang kejam tersebut, Tuhan menunjukkan kuasa-Nya dalam menggenapi rencana-Nya yang kekal. "Tetapi makin ditindas, makin bertambah banyak dan berkembang," demikian Alkitab mencatat berkat misterius Allah atas umat-Nya. Baik dahulu dalam sejarah Israel Perjanjian Lama, baik dalam masa gereja Perjanjian Baru, maupun saat ini dalam dunia modern, umat-Nya akan makin berkembang dan bertumbuh, baik secara jumlah maupun terutama dalam kadar iman mereka.  Chrysostom, seorang bapak gereja, pernah memberikan komentar bijaksananya: "Gereja itu seperti obor - semakin dipukul, semakin besar kobarannya.  Kekristenan seperti burung api, yang selalu hidup kembali dari abu para martir.  Oleh karena itu, biarkanlah para pembesar bersekongkol dan berencana menentang Kristus dan Gereja-Nya; mereka membayangkan hal yang sia-sia belaka."

Tantangan bahkan penindasan akan datang.  Penganiayaan mungkin akan terjadi.  Namun, jangan jadikan hal itu sebagai ratapan yang berfokus pada diri kita pribadi. Ingatlah bahwa ada orang-orang percaya di negara-negara seperti China, Korea Utara, yang saat ini mengalami  penganiayaan seperti bangsa Israel dalam kitab Keluaran.  Yang pasti harus kita ketahui adalah, selalu ada orang percaya sejati di negara-negara di mana penindasan atas umat-Nya terjadi. Tidak ada api penganiayaan yang sanggup membinasakan mereka. Sekalipun pemerintah berusaha menentang Allah, itu akan sia-sia karena kita dipanggil untuk merdeka. Maka, pesan saya buat Saudara-saudari di GKI "Yasmin" maupun gereja-gereja lain yang sedang menghadapi tekanan atas "restu" pemerintah: Ingat, api penindasan tidak boleh membakar dan melenyapkan iman percaya kita kepada Kristus! Karena misteri berkat-Nya sedang bekerja!  Dihambat, namun merambat!