07 February 2007


Pharisee’s Syndrome: Hypocrisy
Refleksi Lukas 11:37-54



Menjadi seorang pemimpin rohani, atau “pelayan Tuhan,” atau katakanlah “hamba Tuhan,” mau tidak mau membawa kita kepada status atau “derajat penampakan” rohani yang baik. Di balik status dan “otoritas” rohani yang diemban oleh seorang pemimpin umat terkandung bahaya yang dapat disebut sebagai Pharishee’s Syndrome, yaitu kemunafikan rohani. Tuhan Yesus di dalam Lukas 11:37-54 (bdk. Mat. 21:1-36) menegur dengan keras kemunafikan para pemimpin rohani pada waktu itu (Farisi dan Ahli Taurat). Jika Anda adalah para pemimpin rohani dan pemimpin umat pada masa kini, ada baiknya Anda menempatkan diri sebagai Farisi atau Ahli Taurat. Saya yakin teguran Tuhan Yesus akan memberkati hidup kita.



Inilah bahaya kemunafikan para pemimpin umat…


1. Terlalu peduli kebersihan lahiriah (hal-hal fisik), namun tidak mengindahkan kemurnian dan kesucian hati (batiniah). Hal ini dapat berarti memfokuskan diri pada pelayanan seremonial, namun hati dibiarkan mandeg di dalam keserakahan (ay. 39-41).


2. Sangat paham bagaimana menghitung dan memberikan perpuluhan, namun bertindak tidak adil dan tidak mau menyatakan kemurahan bagi orang yang membutuhkan (ay. 42). Jangan-jangan di gereja saat ini dipenuhi dengan orang-orang yang begitu “setia” memberi perpuluhan, namun seolah “buta” terhadap sesama yang tidak memiliki baju, “tuli” terhadap perut sesama yang “keroncongan,” serta “lumpuh” di dalam menggerakkan tangan dan kaki bagi sesama yang menderita?


3. Suka dilihat terpandang di hadapan orang lain, namun di dalam hatinya penuh dengan segala kebencian dan keserakahan (ay. 43-44). Jangan-jangan gereja kita telah dipenuhi dengan celebrities rohani; terpandang namun tidak berdampak bagi orang lain…


4. Suka memberikan beban moral bagi orang lain, namun di dalam dirinya tidak pernah ada ketulusan untuk menanggung beban moral itu barang sedikit pun (ay. 46). Jangan-jangan tipe kepemimpinan “bos” semacam ini sedang menjangkiti para pemimpin gereja saat ini?


5. Berusaha tampak menghormati para Hamba Tuhan di sepanjang zaman, namun bahkan di dalam hati menyetujui penganiayaan kepada para pelayan Tuhan (ay. 47-51). Ah, jangan-jangan ketika gereja tetangga ditutup dan pemimpinnya ditahan, kita malah bersorak di dalam hati, “puji Tuhan…?”


6. Menyembunyikan kunci Kerajaan Allah: yaitu mengajarkan ajaran serong, dan menghalangi orang yang belajar kebenaran (ay. 52). Jangan-jangan, dengan alasan dogma gereja para pemimpin gereja saat ini lebih senang jika umat belajar dari kata-katanya, daripada mereka belajar dari Alkitab…


Ah, janganlah kiranya hal ini terjadi dalam diri hamba-Mu ini…

"O Tuhan, biarlah kemurnian dan kesucian-Mu terlebih dahulu terbit di dalam hati dan benakku, agar yang lahir dari tangan dan perbuatanku sungguh-sungguh kebaikan yang tulus dan murni sebagaimana kehendak-Mu."



deswa_7Feb07

No comments: