11 November 2006

Berbicara tentang Kedaulatan Allah: Siapa sih kita…?
Sebuah Refleksi Yer. 18:1-23


Sebuah iklan rokok di televisi sempat booming dengan ungkapannya: "siapa sih kamu...?" Nampaknya ungkapan ini pantas diajukan kepada Yehuda yang terjangkiti penyakit arogansi alias kesombongan rohani. Siapa sih Yehuda di hadapan Allah? Bukankah pertanyaan ini lebih pantas diajukan secara terbalik: "Siapakah Allah YHWH bagi Yehuda?" Dia bukan "sekadar" Allah yang berkuasa di wilayah teritorial Yehuda. Melainkan Allah yang berdaulat dan berkuasa atas segala bangsa. Dialah Allah yang mencabut, merobohkan, dan membinasakan bangsa-bangsa sesuai kehendak-Nya (ay. 6-7). Maka siapakah Yehuda sehingga ia mau berbantah-bantah dengan Allah dan nabi-Nya? Bukankah mereka tidak lebih dari sekelompok budak Mesir yang telah dibebaskan-Nya?
Bukannya berbalik dan mensyukuri janji pemulihan Allah bagi mereka yang bertobat (ay. 8-9), Yehuda malah bermegah dan begitu arogan dengan kemampuan mereka sebagai manusia (ay.18).
Yehuda adalah profil generasi yang begitu arogan dengan kemampuan mereka, sehingga bukan saja otoritas Yeremia yang dipertanyakan: bahkan mereka berani menolak otoritas Allah atas hidup mereka. Maka Allah tidak akan segan lagi memalingkan wajah-Nya dari Yehuda. Kengerian dan ketakutan tidak akan terhindarkan lagi menyergap Yehuda karena kedegilan hati merekan.

Saya sedang kuatir, jangan-jangan Yehuda adalah profil kita, gereja-Nya yang hidup di abad digital ini. Generasi sekarang ini telah menjadi begitu percaya dan bangga dengan kemampuan mereka. Generasi yang terus mempertanyakan dan meragukan setiap otoritas yang berusaha mengatur hidup mereka. Dan jika perlu, mereka juga akan mempertanyakan kedaulatan Allah atas hidup mereka... Apakah umat-Nya saat ini juga memiliki sikap yang mengerikan ini?
Keengganan bekerja sama dengan orang-orang yang berbeda, keengganan untuk menerima keunggulan pihak lain (atau gereja lain?), semangat ingin memecah diri atau mencari kebenaran sendiri, dan semangat mengunggulkan kelebihan-kelebihan diri adalah sikap-sikap yang siap membawa kita kepada arus arogansi dan keraguan terhadap segala otoritas. Dan jika perlu otoritas Allah atas hidupnya juga diragukan? Otonomi, Kemandirian, Independensi, dan "bebas dari pengaruh siapapun" adalah jargon-jargon generasi abad ini yang terus meragukan otoritas.
Belajarlah dari pesan Yeremia 18: kita adalah bejana yang tidak memiliki kuasa sedikitpun di tangan Sang Tukang Periuk Agung. Mampukah kita berbuat sekehendak hati kita?
Karena itu, terhadap segala arogansi jargon otonomi dan independensi, saya mengingatkan: "Waspadalah, waspadalah...!"

No comments: