03 September 2006





My History is His-Story


Perjalanan hidupku bukanlah semata-mata garis linear yang bergerak tanpa suatu titik tujuan yang pasti. Yang sebenarnya, ada sebuah Tangan yang Kekal sedang merajut dan merenda hari-hariku sejak di dalam kandungan ibuku...

Rabu, 4 Desember 1974, aku lahir di dalam tenunan Sang Tangan yang Kokoh Kekal. Ayah dan Ibuku memberi nama aku Yusuf Deswanto. Entah nama "Yusuf" yang mana di dalam Alkitab yang ada di dalam benak mereka waktu itu. Yusuf yang dijual ke Mesir-kah, ataukah Yusuf papi dari Yesus Sang Kristus. Aku sendiri hingga kini lebih senang jika harapan orang tuaku adalah aku menjadi seperti Yusuf yang kemudian menjadi perdana menteri di Mesir. Satu joke yang sering aku ulang di dalam perkenalan adalah, "kalau Yusuf di Alkitab digoda oleh istri Potifar, tapi kalau Yusuf ini malah menggoda 'tante Potifar'." Tentu ini hanya sebuah canda yang terselip di dalamnya doaku, agar aku juga dapat hidup berintegritas seperti Yusuf yang menjadi alat Tuhan di dalam menyelamatkan suatu generasi tebusan-Nya.

Ayahku, Asmari (setelah menjadi Kristen, pendeta yang membaptisnya memberi nama "Pilipus" di depan Asmari), adalah seorang teladan rohani yang tak mungkin aku saingi. Jika banyak generasi saat ini kecewa dengan ayah mereka, aku adalah orang yang bangga dengan ayahku yang hidup di dalam persekutuan intimnya dengan Sang Khalik alam ini.
Ibuku seorang yang sangat sederhana. Bahkan hingga saat ini ia tidak mempunyai kesempatan untuk membaca Alkitab, karena "kebutaannya" akan akan simbol-simbol yang biasa kita sebut dengan huruf ini. Mungkin salah kami juga (anak-anaknya) yang tidak dengan tekun mengajarnya membaca. Namun demikian, tiap hari tidak pernah ia lewatkan tanpa menyapa Yesus yang telah menyelamatkannya. Dan lebih dari itu semua, ia sangat mengasihi aku, anaknya yang bungsu...

Aku lahir sebagai putra bungsu dari tujuh bersaudara, tiga orang perempuan, dan empat orang laki-laki (termasuk aku). Saat ini Mbak Lies, Mbak Mien, Mas Didik, Mas Nduk Kris, Mas Yi, dan Mbak Ester telah hidup sebagai diaspora di dalam keluarganya masing-masing. Hanya Mbak Lies yang tinggal bersama Ibu dan Bapak, karena suaminya yang meninggal, ketika Bonny, anaknya, masih kanak-kanak.

Sejarah adalah milik-Nya. Its history is His-Story... Tiga puluh dua tahun aku hidup di dunia ini. Lahir dari keluarga yang "biasa-biasa saja," namun Dia mengganggap aku "istimewa" sehingga Tangan-Nya menebusku dan bahkan menjadikan aku "mitra kerja-Nya." Zelo zelatus pro Deo...
"Karena kasih karunia-Nya, aku ada sebagaimana aku ada sekarang ini. Dan kasih karunia-Nya tak akan kubuat sia-sia."

No comments: