12 September 2006


Character Assassination
(sekali lagi pembelajaran dari Nehemia)

Bagaimana seorang Kristen meresponi sebuah character assassination?

Character assassination bukanlah sebuah "asinan karakter" atau "karakter yang asin." Character assassination dapat diartikan sebagai “pembunuhan karakter” atau dengan istilah yang lebih sadis: “pembantaian karakter.” Beberapa waktu yang lalu istilah ini mencuat, ketika seorang tokoh politik, Si Anu, merasa karakternya di assassin-ni (jangan baca: “di-asin-ni”) oleh tokoh politik Si Anu yang lain. Istilah yang lebih umum dari “pembantaian karakter” adalah “pencemaran nama baik.” Kita sering mendengar seorang artis Si Itu sedang melapor ke Polda (wuih… bukan main-main nih), karena merasa namanya dicemarkan oleh artis Si Itu yang lain.

Ternyata Indonesia bukan hanya negeri dengan seribu kasus pencemaran sungai oleh limbah industri, tetapi juga negeri dengan sejuta kasus pencemaran nama baik (yang sebetulnya sudah enggak baik…).
Budaya abad ini adalah budaya saling menuntut. Atas nama “hukum,” seseorang dengan mudah menuntut orang lain dengan tuntutan "pencemaran nama baik." Dan kisah “pencemaran nama baik” ini ternyata lebih menarik ibu-ibu rumah tangga (bersama pembantu rumah tangganya…), daripada kasus-kasus pencemaran limbah industri yang semakin menyedihkan.

Terkadang aku berpikir, apa yang sedang diperjuangkan manusia abad ini? Sebuah nama baik, ataukah ego manusia yang mengalami obesitas?

Lalu, bagaimana sikap seorang Kristen dengan "pencemaran nama baiknya"? Nehemia mempunyai sikap yang sangat menarik untuk kita pelajari (Neh. 6:1-19):
1. Ia tetap fokus pada pekerjaan yang Allah percayakan kepadannya (ay. 3-4). Nehemia tahu bahwa setiap mengerjakan pekerjaan Tuhan, pasti ada "oknum-oknum" yang tidak akan tinggal diam mengganggu jalannya pekerjaan itu.
2. Ia menyerahkan penuh masalah character assassination atau "fitnah" kepada Allah yang akan bekerja membalas mereka (ay. 9, 14).
3. Nehemia menggunakan hikmat Tuhan untuk mengetahui siapa lawan siapa kawan sejati, karena di dalam pekerjaannya juga ada orang-orang yang berkhianat kepada Sanbalat dan Tobia (ay. 10, 17-19).

Integritas hidup dan kebergantungan mutlak kepada Tuhan adalah kunci kemenangan seorang Kristen terhadap character assassination.

1 comment:

Ang Tek Khun said...

Waks... selamat datang di dunia blog!!! Horee!!! provokasinya mempan juga :))