04 September 2006

Cuman salam…?


Salam dapat berarti cuman basa-basi. ”Salam buat orang tuamu, ya.” Demikian seorang guru yang berusaha menunjukkan perhatian pada muridnya. Mungkin dia ‘gak terlalu pusing apakah salam itu disampaikan atau tidak. Namanya juga basa-basi. Besok toh akan menjadi basi…

Tapi salam juga berarti “sinyal” cinta yang “nyambung.” ”Salam ya, sama Si Katy. Gw naksir berat nih...” Demikian celoteh seorang ”remaja putih abu-abu” kepada sobatnya yang sekelas dengan Katy yang dimaksud.

Namun, salam yang disampaikan rasul Paulus kepada Febe, Priskila dan Akwila, Maria, Andronikus, Yunias, Apliatus, Urbanus, dan yang lainnya di Roma 16:1-16 bukanlah salam basa-basi, atau salam ”ada udang di balik batu.” Salam rasul Paulus kepada nama-nama ini adalah ”segenggam” pengakuannya yang utuh akan peran penting mereka di dalam hidup dan pelayanan Paulus. Dengan kata lain, tanpa mereka yang Tuhan tempatkan di sekitar hidup Paulus, hidup dan pelayanannya tidak akan seefektif saat itu. Paulus bukan sejenis manusia "kacang yang lupa kulitnya." Dia sadar betul, tanpa orang-orang yang ditempatkan Tuhan di sekitar hidupnya, ia bukan siapa-siapa, bahkan he's nothing.

Seberapa sering kita menganggap orang-orang yang di sekeliling kita berarti bagi hidup kita? Seberapa sering kita berkirim salam untuk mereka secara tulus. Seberapa sering kita berkata kepada saudara kita di dalam Tuhan, ”Salam dan peluk cium kudus dariku untuk sukacitamu di dalam Tuhan.”

(Coretan tangan ini buat kakakku di dalam Tuhan, Mas Heri P., yang sedang sakit. Thanks Mas…, you laid down in me a precious stone which has been changing my purpose in this life… Cepat sembuh ya…)

No comments: