03 October 2007

Pembayatan Para Hamba(tan) Allah



Hari Jemuah (bukan Jumat) itu adalah hari yang paling ditunggu bagi para cantrik Padepokan "Aji Wingit." Para cantrik ini menurut rencana akan dibayat, alias dibaptis menjadi "para ksatria" Kitab Pusaka Gesang. Bagaimana tidak, selama bertahun-tahun plus selusin bulan mereka bergelut dengan Kitab Pusaka Gesang yang - katanya - sangat ditekankan dalam pendidikan Padepokan "Aji Wingit." Maka bukan saja ayah-bundo yang mereka boyong ke kampus yang baru nan megah itu. Bahkan eyang-buyut, keponakan, dan bahkan calon istri, mereka borong untuk membanjiri kampus yang sedang kinyis-kinyis itu. Para cantrik yang telah menggunakan jubah kebesaran itu nampak begitu bangga. Sang cantrik laki-laki berjalan bak pahlawan yang siap perang, begitu gagah meski di kancah persilatan Kitab Pusaka Gesang nanti mereka belum tentu dapat jatah. Sedangkan para cantrik perempuan mesam-mesem, bak putri keraton Solo yang siap dipinang raja.

Menjadi "hamba Allah." Begitu cita-cita calon ksatria Kitab Pusaka Gesang ini. Maka pesta pembayatan yang meriahlah yang menjadi impian mereka. Dari kabar burung yang mereka dengar, upacara pembayatan kali ini akan dibarengkan dengan Pembukaan Cadar Kampus "Aji Wingit" yang baru. Apalagi puluhan ksatria dan hamba Allah yang telah terlebih dahulu melalang buana di negeri pencak silat Kitab Pusaka juga akan datang melihat upacara pembayatan itu. Maka yang terbayang di benak para cantrik yang imut-imut dan amit-amit itu adalah pesta pembayatan yang megah dan menjadi pusat perhatian...

Sayang seribu sayang. Ketika Sang Eyang Guru membacakan naskah Acara Upacara Pembayatan, ternyata upacara pembayatan itu sendiri hanya menjadi semacam "band pembuka" dari gelegar acara yang lebih megah: Pembukaan Cadar Kampus "Aji Wingit!" Sayang sejuta malang, kaum keluarga, orang tua, buyut dan para calon istri para cantrik-pun akhirnya hanya menyaksikan upacara pembayatan itu menjadi semacam "iklan tusuk gigi" yang tidak punya taji lagi...

Seorang cantrik dekil bergumam, "Wualah, kita ini dibayat untuk menjadi 'hamba Allah' atau 'hambatan Allah' ya...? Masak kita yang menurut Kitab Pusaka Gesang bisa bernilai seluruh kemegahan dunia ini kalah dihargai daripada bangunan kampus yang fana ini ya?" Sang teman di pojok ruangan hanya dapat menjawab, "Mboh, aku yo bingung..."

No comments: