18 December 2006

Nyatakanlah Kebaikanmu, Tuhan sudah dekat !
Filipi 4:2-9
(Ringkasan Khotbah yg. Disampaikan kepada jemaat GKI Jember, 17 Desember 2006)


Pendahuluan
Masa Advent adalah masa di mana kita diajak untuk mempersiapkan diri kita di dalam penantian terhadap kedatangan Tuhan. Melalui masa Advent, setiap orang percaya diingatkan untuk terus bersiap-siap dan bekerja giat bagi-Nya seolah-olah Kristus akan datang esok hari. Ungkapan ”Tuhan sudah dekat” sebenarnya dapat dipahami dalam pemaknaan ganda. Kata ”dekat” seharusnya kita pahami bukan saja berbicara kronologi waktu, di mana ungkapan ”Tuhan sudah dekat” dikaitkan dengan kepastian kedatangan Kristus yang kedua kalinya nanti, atau yang biasa disebut sebagai parousia. Istilah ”dekat” juga dapat berarti bahwa Kristus yang telah naik ke sorga itu, sebenarnya dekat (dalam artian jarak) dengan setiap jemaat melalui kehadiran Roh Kudus. Di dalam pemaknaan ganda inilah Rasul Paulus seolah sedang mengingatkan jemaat di Filipi: ”Ingatlah, bahwa Kristus itu ada di tengah-tengah kita melalui Roh-Nya, dan Dia juga pasti akan segera datang untuk kedua kalinya. Karena itu hendaklah kebaikan hatimu diketahui setiap orang. Hendaklah kebaikanmu itu nyata bagi semua orang.”
Lalu apa yang dimaksudkan Rasul Paulus dengan ”kebaikan hati” dalam bagian ini? Istilah ”kebaikan” yang digunakan rasul Paulus di sini sebenarnya lebih khusus berkaitan dengan suatu sikap hati yang dipenuhi kasih sehingga memancarkan keramahan atau kelemahlembutan. Istilah ini berhubungan erat dengan kasih dan kelemahlembutan yang harus tampak dalam hidup orang Kristen, karena karakter ini juga tampak dalam diri Kristus. Dalam 2 Korintus 10:1, Rasul Paulus menggunakan kata yang sama dengan Filipi 4:5 ini, ”... aku memperingatkan kamu demi Kristus yang lemah lembut dan ramah.”
Secara singkat, dapat dikatakan bahwa dalam bagian ini rasul Paulus mengajak jemaat Filipi untuk menyatakan dan mengekspresikan kasih, keramahan dan kelemah-lembutan, sebagaimana yang nampak dalam karakter Kristus, baik kepada sesama jemaat maupun kepada orang lain yang belum mengenal Kristus. Alasan utama dari nasihatnya ini adalah agar mereka memberikan kesaksian kepada semua orang bahwa Kristus memang nyata dekat atau hadir dalam kehidupan mereka, dan bahwa Kristus akan datang kedua kalinya untuk menghakimi dunia ini. Lalu, bagaimana secara konkrit kasih, keramahan, dan kelemahlembutan itu nyata dalam kehidupan kita? Saya mencatat setidaknya terdapat dua hal yang harus menjadi sikap hati dan perilaku yang diharapkan Tuhan nyata sebagai ”kebaikan hati” dalam hidup kita.

1. Kasih, keramahan, dan kelemahlembutan itu harus nyata di dalam hubungan kerukunan di dalam kesatuan jemaat sebagai Tubuh Kristus (ay. 2-3)
Di ayat 2 Rasul Paulus menyebutkan dua nama yaitu Euodia dan Sintikhe dalam rangka menasehati mereka untuk sehati dan sepikir: ”Euodia kunasihati dan Sintikhe kunasihati, supaya sehati sepikir dalam Tuhan.” Nampaknya kedua orang ini adalah para wanita pemimpin jemaat di Filipi. Dari nasihat Rasul Paulus, nampak bahwa mereka sedang di dalam perselisihan yang serius. Terlepas dari apakah perselisihan itu begitu tajam atau tidak, namun tersebarnya kabar perselisihan itu hingga ke telinga Paulus, menunjukkan betapa relasi yang tidak baik antara dua tokoh wanita dari gereja Filipi ini sudah memberikan contoh yang kurang baik bagi kesaksian jemaat. Karena itu Rasul Paulus dengan penuh kelembutan menasehati mereka agar sehati dan sepikir di dalam Tuhan.
Betapa sering orang Kristen masa kini tidak mampu lagi menjadi kesaksian dan berkat bagi orang yang belum mengenal Allah, yang dikarenakan adanya perselisihan, pertengkaran, dan perpecahan di antara anggota tubuh Kristus sendiri. Sebaliknya, jika Bapak, Ibu, Saudara, seluruh jemaat bersehati dan sepikir di dalam Kristus, maka kemampuan kita untuk menyatakan kasih Kristus bagi orang lain akan semakin nyata. Bukankah Tuhan Yesus sendiri pernah berkata di dalam Yohanes 13:35, ”Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.” Kuncinya adalah satu: marilah kita tempatkan hati dan pikiran kita di dalam Kristus. Perselisihan dan bahkan pertikaian tajam di antara jemaat Tuhan seringkali muncul karena setiap kita berpikir dan berkehendak dengan memusatkan diri sendiri. Karena itu, Rasul Paulus menasihatkan jemaat Filipi dan kita pada zaman ini, ”Marilah kita tempatkan hati, pikiran dan kehendak kita di dalam Kristus. Karena Dia adalah Kepala kita, dan hanya Dialah yang dapat berkehendak dengan sempurna bagi kita, jemaat-Nya.”

2. Kasih, keramahan, dan kelemahlembutan nyata dalam hidup yang tidak berkekuatiran melainkan hidup yang dipenuhi sukacita ilahi (ay. 4, 6-7)
Sikap kedua yang menjadikan kebaikan hati kita nyata bagi orang lain adalah ”hati yang meluap dengan sukacita, dan yang tidak berkekuatiran tentang apapun juga.” Kepada jemaat di Filipi rasul Paulus mengatakan, ”Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!” Tema sentral dari surat Filipi sebenarnya adalah sukacita di dalam Tuhan. Di balik tema sukacita ini sebenarnya terdapat beberapa fakta yang ironis. Yang pertama, Rasul Paulus menuliskan surat Filipi ini di dalam penderitaanya di dalam penjara di Roma. Tidak ada alasan berdasarkan kondisi yang dia alami yang dapat membuat Rasul Paulus bergembira. Yang kedua, jemaat Filipi pada masa itu adalah jemaat yang juga sedang menghadapi tekanan dan penganiayaan karena iman yang mereka pegang. Seharusnya yang Rasul Paulus sampaikan adalah penghiburan dan bukan nasihat untuk bersukacita. Namun Rasul Paulus bahkan menekankan, ”bersukacitalah selalu, sekali lagi kukatakan bersukacitalah.”
Sukacita Kristen yang sejati bukanlah sukacita yang sementara, yang segera berlalu bersama perubahan kondisi di sekitar yang memburuk. Sukacita kristiani yang sejati terus ada di dalam diri setiap orang yang hidup bergantung penuh di dalam Kristus. Karena itu, frasa ”di dalam Tuhan” (ay. 4) dan ”dalam Kristus Yesus” (ay. 7) digunakan Rasul Paulus di sini untuk menekankan pemahaman bahwa hanya orang-orang yang tinggal di dalam Kristus, hanya orang-orang yang memiliki keintiman relasi dengan-Nya yang dapat mengalami sukacita yang sejati.
Di ayat 6, nasihat untuk bersukacita ini kemudian Rasul Paulus kontraskan dengan nasihat agar jemaat Filipi tidak berkekuatiran, ”Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” Jelas ini merupakan kontras yang digunakan Rasul Paulus untuk menekankan konsep sukacita yang sejati. Dengan kata lain, orang yang bersukacita adalah orang yang hidupnya tidak berkekuatiran tentang apapun di dalam hidup ini. Jemaat Filipi yang menghadapi tantangan karena imannya, sangat mungkin terhanyut di dalam kekuatiran akan hidupnya. Karena itu rasul Paulus seolah berkata, ”Kalau kamu ingin bersukacita, kamu jangan kuatir tentang apapun juga. Bersandarlah dan bergantunglah secara total kepada Allah. Nantikan semua keinginanmu dalam doa, dan mengucap syukurlah untuk setiap jawaban yang Tuhan berikan.” Di dalam relasi yang begitu intim dengan Kristus inilah, seorang Kristen akan mengalami sukacita yang tidak tergoyahkan oleh kekuatiran tentang apapun. Maka akhirnya rasul Paulus yakin, ”Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.”
Karena itu, saya melihat kaitan yang sangat kuat secara teologis di dalam ungkapan ”di dalam Tuhan” atau ”dalam Kristus Yesus” dengan ungkapan ”Tuhan sudah dekat.” Orang yang bersukacita adalah orang yang sadar dan mengalami sepenuhnya bahwa Tuhan Yesus ada dekat, dan hadir di dalam segala kesusahan dan penderitaanya. Orang ini juga tidak pernah terserang oleh penyakit kekuatiran, melainkan terus berpengharapan menantikan kepastian kedatangan Kristus yang kedua yang pasti, untuk melenyapkan segala duka dan menggenapkan sukacitanya. Maka sekali lagi, di dalam kehidupan yang meluap dengan sukacita dan tak berkekuatiran itulah, seorang Kristen akan mampu menyatakan kebaikan hatinya bagi orang lain.

Penutup
Jemaat yang dikasihi Tuhan dan yang setia menantikan kedatangan Tuhan. Kebaikan hati yang terpancar dari hidup kita adalah tanda bahwa kita menyadari Tuhan Yesus dekat dan hadir dalam hidup kita. Hal itu juga terpandar dari pengharapan kita, bahwa Dia akan datang untuk kedua kalinya untuk menggenapkan sukacita kita dan melimpahkan ”damai sejahtera Allah yang melampaui segala akal” di dalam hidup kita. Amin. Maranatha.



No comments: