Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong?
Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi.
Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul terbalik.
(Hab. 3:17-19)
Mendung menggelayut terus di langit pertiwi. Kata orang, Indonesia sedang kena tulah; tenggelam di dalam benang kusut masalah yang tak kunjung terselesaikan, masuk dalam episode-episode drama kengerian yang tak kunjung ada kata "tamat." Di bawah, para kurcaci hidup tenggelam dalam lumpur dan banjir musiman. Di atas para saudagar terengah-engah merengkuh harta dan kuasa.
Hari ini aku diajar untuk menjadi penuntut umum, sekaligus menjadi pembela negeriku. Berjuang untuk menuntut Hakim Agung bertindak mengadili negeri yang telah korup ini. Bertelut sebagai pembela, agar kemusnahan tidak menimpa negeri yang dihuni umat Sang Hakim.
"Tuhan, bereskan negeri dan segala kelaliman penguasa negeri ini. Vonis negeri ini dengan ketuk palu-Mu, "Bersalah!"
Namun biarlah umat-Mu diam di dalam keteduhan rengkuh-Mu. Berharap Engkau akan memulihkan negeri ini."
No comments:
Post a Comment